Kamis, 18 November 2010

BIARKAN AKU MEMILIH

RESENSI BUKU
BIARKAN AKU MEMILIH

Judul : Biarkan Aku Memilih
Jenis Buku : True Story
Penulis : Hartoyo bersama Titiana Adinda
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tahun Terbit : 2009
Halaman : 134

Biarkan Aku Memilih merupakan judul dari sebuah buku yang menceritakan mengenai pengakuan seorang gay di tanah rencong yang coming out alias telah berbicara jujur mengenai orientasi seksualnya kepada publik. Kisah yang dikupas tuntas dalam buku ini bukanlah sebuah kisah fiksi atau dongengan semata, melainkan kisah nyata, kisah hidup seorang Hartoyo yang sejak kecil telah merasakan getar-getar aneh dengan sesama lelaki. Getaran aneh yang tak lekang oleh waktu dan terus terbawa hingga ia mulai beranjak makin dewasa. Ia sendiri tak tahu pasti mengapa hal itu bisa terjadi. Sebuah pengakuan yang jamak terdengar dari penuturan banyak pecinta sesama jenis lainnya.

Hartoyo dilahirkan di Binjai, Sumatra Utara dan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri baginya hingga ia bisa menamatkan studinya di sebuah universitas negeri di Aceh. Kebanggaan karena bukan hal mudah untuk seorang Toyo (nama panggilan Hartoyo) bisa ikut menimba ilmu di bangku kuliah di kampus itu, butuh perjuangan dan pengorbanan tentunya. Namun, Aceh tak hanya meninggalkan kenangan kebanggaan semata. Di Aceh pulalah ia mendapat perlakuan yang tidak manusiawi dari masyarakat dan kepolisian lantaran orientasi seksualnya yang tak seperti kebanyakan orang yang dipandang sebagai ‘normal’, dan Toyo diletakkan di kutub seberang sebagai ‘abnormal’ karena ia penyuka sesama jenis, sesama pria.

Namun, Toyo tetaplah Toyo. Kekerasan yang ditimpakan padanya tak serta merta membuatnya ‘jera’ dan menyembunyikan orientasi seksualnya yang sesungguhnya di balik topeng heteroseksualitas. Ia tetap setia pada pilihan hidup yang telah diambilnya, menjadi seorang gay, mengungkapkannya dengan jujur pada siapapun yang ingin mengetahuinya, dan tentu saja, ia tetap berpegang teguh pada komitmennya untuk berjuang demi nilai-nilai kemanusiaan yang kerap terasa jauh dari kaum minoritas dan terus menunggu datangnya keadilan atas penyiksaan yang pernah dialaminya dulu.

Terlepas dari pro dan kontra yang selalu mengiringi perjalanan hidup kaum homoseksual dan apakah detil kisah yang dipaparkan dalam buku ini mampu menguras air mata pembacanya atau tidak, buku ini telah layak untuk menambah referensi kita mengenai serba-serbi hidup dengan berbagai kisah dan lakon-lakon yang diperankan. Mungkin, buku inipun tak diluncurkan dalam rangka menjaring siapa yang setuju atau tidak setuju dengan adanya kaum homoseksual, yang nyata kisah ini mengajarkan tentang tingginya makna dalam sebuah kejujuran. Tak mudah memang menjalani hidup menuruti peran yang telah dipilih seperti pilihan seorang Toyo, menjadi homoseksual, entah gay entah lesbian, yang terang, mengungkapkan jati diri termasuk orientasi seksual kepada publik dengan sejujur-jujurnya adalah jauh lebih sulit. Apalagi orientasi seksual yang dilabel sebagai ‘abnormal’ di masyarakat. Masih pula jika beradu dengan ketatnya norma-norma, misalnya norma agama seperti yang ada di Aceh.

Sedikit ulasan ini tak akan mengungkit masalah orientasi seksual itu sendiri. Tak akan pula mendebat mengenai heteroseksual, homoseksual, biseksual, transeksual, dan sebagainya. Namun lebih pada apresiasi atas kejujuran Toyo atas jati dirinya dan ucapan terima kasih dari pemilik blog ini atas pelajaran yang tak secara eksplisit ingin disampaikan kepada para pembacanya, yaitu agar selalu belajar dan berusaha untuk menghargai orang-orang di luar sana yang ‘berbeda’ dari kita dalam berbagai hal, orientasi seksual adalah salah satunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar